March 28, 2005

REINKARNASI Menjawab "Kejamnya Dunia" (03)

Apakah REINKARNASI hanya ada dalam ajaran Hindu dan Buddha?

Sesungguhnya, kepercayaan mengenai reinkarnasi bukanlah monopoli Hindu dan Buddha. Banyak sekali filsuf-filsuf ternama yang mempercayai dan mengajarkan reinkarnasi, misalnya Pythagoras, Plato, Immanuel Kant, dan Schopenhauer. Kepercayaan tentang reinkarnasi pun pernah tumbuh di kalangan Gereja Kristen. Baru pada tahun 553 Masehi, reinkarnasi dinyatakan dilarang oleh Gereja melalui Dewan Konstantinopel.

Saat ini, memang hanya Hindu dan Buddha-lah agama resmi di Indonesia yang secara formal dan tegas mengakomodasikan kepercayaan terhadap reinkarnasi.  Namun ada pula beberapa agama lain di dunia yang mengakui reinkarnasi, seperti Druze di Timur Tengah.

Berikut adalah petikan percakapan Sri Krsna dengan Arjuna:

Arjuna bertanya:
"Kelahiran-Mu (Sri Krsna) baru belakangan kini, sedang kelahiran Wiwaswan adalah dahulu. Bagaimana aku dapat mengerti Engkau mengajarkannya (yoga) pada mulanya (pada Wiwaswan)?

Sri Krsna berkata:
"Banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian pula kelahiranmu, Arjuna. Semuanya ini Aku tahu tetapi engkau sendiri tidak.”

(Bhagavadgita 4: 4-5)

Jika REINKARNASI sungguh-sungguh nyata, mengapa jumlah manusia terus meningkat?

Sekali lagi, reinkarnasi terjadi pada SEMUA makhluk sebagai sebuah proses yang alami. Anggaplah proses ini sebagai suatu permainan ular tangga dengan moskha sebagai kotak tujuan (poin 100). Makhluk tingkat rendah dapat meningkat setahap demi setahap menjadi makhluk yang lebih tinggi, bisa juga lompat kelas bila menemukan “tangga”. Namun, makhluk yang lebih tinggi pun dapat jatuh menjadi makhluk yang lebih rendah bila menemukan “ular”. Bedanya, proses ini TIDAK ditentukan dadu (ingat, God’s not playing dice!) namun berdasarkan karma dari makhluk tersebut selama berada di dunia.

Dengan kata lain, Anda pun bisa jatuh ke tingkat yang lebih rendah, begitu pula saya. Bila ini terjadi, jumlah manusia tentu akan berubah, namun jumlah keseluruhan makhluk hidup adalah tetap kecuali terjadi moksha (tidak percaya? Hitung saja sendiri, hehehe).

Pertanyaannya, maukah Anda menemukan tangga?

Kembali ke pertanyaan semula, bagaimana REINKARNASI menjawab ketimpangan dalam dunia?

Sekali lagi, reinkarnasi menyatakan bahwa hidup kita saat ini DIPENGARUHI oleh kehidupan di masa lalu, dan MEMPENGARUHI kehidupan kita di masa depan. Ini berarti bahwa mereka yang senantiasa menderita di masa kini dapat dipastikan telah melakukan sesuatu yang negatif di masa lalu. Bayi-bayi yang diaborsi atau meninggal secara mengenaskan merupakan BUAH KARMA di masa lalu. Saya tidak bisa memastikan, namun ada kemungkinan bahwa anak di contoh pertama menunjukkan jejak inkarnasinya. Sepatutnya ia terus didukung karena berhasil meningkatkan kehidupannya menjadi manusia, walaupun belum seutuhnya.

Jadi ujungnya sama-sama pasrah?

Tidak, justru bayi-bayi tersebut sebenarnya tengah menebus buah kesalahannya di masa lalu, sehingga ketika nanti terlahir kembali, mereka akan dapat menikmati hidup yang lebih baik. Demikian juga, apabila kita menerima bahwa penderitaan kita di masa kini adalah buah dari masa lalu, maka kita TIDAK AKAN menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, kita akan berupaya keras untuk terus memelihara diri dalam kebajikan, demi kualitas hidup yang lebih baik di masa datang, dan jika memungkinkan, mencapai MOKSHA tanpa harus terlahir kembali.

Prinsipnya akan lebih mudah dicerna jika diumpamakan sebagai sistem cicilan. Jika kita ingin membeli barang yang murah, biasanya kita membayar tunai. Jika harganya cukup mahal, mungkin dicicil 6 kali, jika harganya sangat mahal, dicicil 12 kali, bahkan lebih. Sama dengan buah karma. Jika banyak, mungkin harus dicicil dalam beberapa kehidupan, jika sedikit, cukup dengan satu kehidupan saja.

Meminjam kata-kata Gede Prama, ada tiga pilihan ketika karma datang: melawan (mencaci-maki, menyumpah, meratapi), menerima dengan ikhlas, dan menjadikannya pembelajaran.  Melawan buah karma justru akan menyebabkan tekanan batin bahkan menimbulkan karma buruk tambahan.  Menerima karma dengan ikhlas akan mengurangi penderitaan dan menanamkan harapan bahwa kehidupan mendatang akan lebih baik lagi.  Menjadikan buah karma sebagai pembelajaran akan membebaskan kita dari keterikatan terhadap buah karma dan mempercepat pendewasaan spiritual menuju moksha/pembebasan sejati.

REINKARNASI bukanlah suatu konsep kosong yang tidak berdasar. Ia NYATA dan TERBUKTI secara empiris. Namun diperlukan hati dan pikiran terbuka untuk menerima KEBENARAN ini.

REINKARNASI tidak mengajarkan kita untuk pasrah, melainkan untuk tetap memelihara PENGHARAPAN dan senantiasa memelihara diri dalam KEBAJIKAN!

Aum Shanti Shanti Shanti Aum

2 comments:

Harry Makertia said...

Senang membaca tulisanmu. Mana yang lain?

dharma dharma said...

wah tulisan yang bagus, saya copy bwt koleksi di blog saya ya.suksma

Post a Comment