July 6, 2007

Negeri Sejuta Impian?

(Ditulis 01 Juli 2007)

Dari balik jendela kamar g kelihatan Burj Dubai, yang akan jadi gedung tertinggi di dunia. Bahkan saking takutnya disaingi, hingga kini tingginya masih dirahasiakan. Ada yang bilang 700 m, ada yg bilang 800 m, pokoknya jauh lebih tinggi… daripada Monas, hehehe. Kecepatan pembangunannya pun sangat memukau, satu lantai beres setiap minggu! Kalian pasti juga tahu dong kalo di perairan Dubai sedang dibangun 4 kompleks kepulauan buatan terbesar di dunia, dengan bentuk2 yg unik (3 kepulauan dengan bentuk siluet pohon palem a.k.a Palm Islands dan yang satunya lagi dalam bentuk peta dunia a.k.a The World).

Kompleks2 apartemen yg dibangun pun bukan sekedar menawarkan gedung tok. Ada yang punya (individual) people-mover system, ada yg tower-nya muter2 (gak pusing tuh?), ada yg pemandangannya bisa diganti2 sesuka hati, dll. Kawasan wisata Dubailand yang sekarang masih on progress katanya bakal jauh lebih luas dari kota Dubai itu sendiri, dengan Universal Studios Theme Park, largest water park (Aqua Dunya), hotel terbesar di dunia (Asia Asia), dan entah apa lagi, pokoknya hebring!!

Di sisi lain, g juga sering ngerasa prihatin, karena semua proyek2 tadi dibangun dengan darah dan keringat para buruh bangunan yg hidupnya amat, sangat, sangat menderita. Para buruh ini (yang disebut “contractor”-beda banget artinya dengan di Indonesia!) kebanyakan berasal dari India dan sekitarnya (Pakistan, Bangladesh, dll) dan tidak sedikit dari mereka yg ilegal. Sedihnya, kebanyakan mereka dateng ke sini dengan biaya berjuta2 rupiah (jauh lebih gede daripada biaya g dateng ke sini!), namun dengan pendapatan yg amat sangat tidak layak. Bahkan setelah bekerja bertahun2 pun, belum tentu mereka bisa punya tabungan, boro2 pulang ke negara asalnya!!

Tidak sedikit pula dari mereka yg telantar, cacat, bahkan meninggal (kecelakaan maupun bunuh diri) tanpa tahu kapan bisa ketemu lagi dengan keluarga. Rata2 mereka kerja 12 jam (bahkan lebih) sehari, tinggal dalam barak yg isinya belasan orang dengan fasilitas yg memprihatinkan. Libur pun hanya satu hari seminggu. Bayangkan bekerja 12 jam di tengah padang pasir dengan suhu 50C!!

Yang bikin g makin sedih, di mata masyarakat sekitar, mereka sangat terpinggirkan. Asal tahu saja, di banyak tempat di UAE, akomodasi untuk “bachelor” (temasuk mereka yg terpaksa jadi bujangan, karena anak-istri nun jauh di sana) berada dalam area khusus yg harus terpisah dari lingkungan perumahan untuk keluarga. Bahkan beberapa kali terjadi, bis yg membawa buruh2 ini harus berhenti berkilo-kilo jauhnya dari akomodasi mereka karena tidak boleh melintasi kawasan perumahan keluarga. Tentu saja para buruh ini akhirnya harus berjalan kaki di tengah terik matahari…

Peraturan pemerintah yg mewajibkan diberikannya siesta selama 2 jam (afternoon nap, alias tidur siang) bagi para buruh juga diselewengkan sama employer mereka. Bukannya jam kerja berkurang, justru mereka harus masuk 2 jam lebih awal (jam 4 atau 5 pagi), to make up for the 2-hour afternoon break itu!! Tapi sayangnya mereka nggak bisa berbuat apa2 karena takut bakal keilangan pekerjaan.

Betul2 memprihatinkan, kalo diinget bahwa bangunan yg mereka dirikan itu harganya mencapai ribuan dirham (1 dirham = Rp 2500) per square feet-nya, dan selalu dijual sebagai “luxurious, stylish accomodation/office spaces”.

Baru2 ini, pemerintah UAE mengeluarkan amnesti untuk pekerja ilegal agar bisa pulang ke negaranya tanpa denda apapun, dan berkat bantuan dan uluran tangan komunitas sosial (banyak sekali buruh2 ini yg tidak mengerti bahasa Inggris, bahkan buta huruf), cukup banyak yg bisa pulang dan bertemu dengan keluarga. G baca di koran, ada seorang ayah yg khawatir anaknya nggak kenal lagi dengannya karena udah ditinggal selama 10 tahun, ada juga yg sudah “ditolak” istri dan keluarganya karena saking lamanya nggak pulang…  Banyak juga cerita mengenai pekerja2 yg ditinggal kabur majikannya dan mereka bukan saja tidak pernah menerima gaji, tetapi juga tertahan paspornya (sistem sponsorship yang dianut UAE mengizinkan sponsor/majikan menahan paspor pekerjanya untuk menghindari absconding/wanprestasi).  Satu kasus korbannya bisa sampai puluhan orang!

Life could indeed be flavourful for some, and bitter for most.


0 comments:

Post a Comment