October 1, 2010

A Tribute to Mother Saraswati

Badan dibersihkan dengan air
pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran (satya)
atman dibersihkan dengan ilmu pengetahuan suci dan tapa brata
budhi disucikan dengan jnyana

(Manawa Dharmasastra, V.109)

Pada tanggal 25 September 2010, yang lalu, umat Hindu Bali di seluruh dunia memperingati Hari Saraswati.  Bagi mereka yang kurang familiar terhadap ajaran Hindu Bali, Hari Saraswati diperingati setiap hari Sabtu Umanis wuku (minggu) Watugunung dalam kalender Bali yang jatuh kira-kira 210 hari sekali.  Pada hari tersebut, umat Hindu menghaturkan syukur kepada Brahman/Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni, yaitu Dewi Saraswati.  Pada hari ini, umat memanjatkan doa baik untuk kelancaran studi sehari-hari maupun agar senantiasa diberkahi pikiran yang terang dan tenang. Hari Saraswati juga diperingati di India, namun pada tanggal dan bulan yang berbeda walaupun esensinya sama.

Umat Hindu Bali pun memiliki beberapa tradisi yang unik pada Hari Saraswati, yaitu menghaturkan sesajen di dekat buku-buku dan kitab suci di rumah masing-masing (selain di tempat sembahyang/sanggah) dan tradisi tidak membaca buku atau kitab pada hari ini.  Mungkin nampak janggal bahkan ironis, tapi Hari Saraswati sesungguhnya dapat diartikan sebagai hari penyucian dan pemberkatan buku dan kitab-kitab suci sehingga berbagai pengetahuan yang terkandung di dalamnya (baik pengetahuan spiritual maupun non-spiritual) dapat membawa manfaat maksimal bagi pembacanya.

Di Bali, Saraswati menandai awal dari rentetean ritual, yaitu berturut-turut Hari Soma Ribek (hari bersyukur atas kesejahteraan pangan), Hari Sabuh Mas (penyucian harta benda berupa emas dan perhiasan) dan berpuncak pada perayaan Hari Pagerwesi (tahun ini jatuh pada tanggal 29 September 2010, juga setiap 210 hari sekali).  Kata "pagerwesi" sendiri berarti pagar besi dan hari ini dimaknai sebagai hari peringatan agar umat manusia selalu waspada dan memagari diri terhadap berbagai godaan di sekitarnya.  Ini menunjukkan sekali lagi betapa arifnya ajaran nenek moyang kita yang intinya adalah mensyukuri segala harta benda dan pengetahuan yang kita miliki namun senantiasa eling dan waspada agar tidak terjerumus ke dalam kemabukan atas harta benda maupun pengetahuan.

Hari Saraswati kadang-kadang juga dipercaya sebagai hari turunnya kitab suci Weda kepada umat manusia, namun sesungguhnya tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.  Pula, umat Hindu percaya bahwa pengetahuan suci Weda tidak berawal dan tidak berakhir (sanatana dharma), ia telah ada sebelum awal mulanya semesta dan akan terus ada bahkan setelah semesta berakhir (pralaya).

Ilmu pengetahuan sendiri memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Hindu.  Kitab suci Weda dan turunan-turunannya mengandung ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya digali oleh umat manusia.  Tuhan sendiri mengajarkan jalan pengetahuan (jnana marga) sebagai salah satu dari tiga jalan menuju Brahman di samping jalan bakti (bhakti marga) dan jalan karma (karma marga), sebagaimana dituangkan berikut ini:

Bahkan jika engkau adalah yang paling berdosa di antara para pendosa, engkau akan mampu menyeberangi samudera penderitaan dengan perahu pengetahuan suci.

(Bhagavadgita 4.36)



Dewi Saraswati biasanya digambarkan bertangan empat, duduk di atas bunga teratai dan disertai angsa putih dan terkadang juga burung merak, yang memiliki makna berikut ini: 
  • Teratai melambangkan pengetahuan suci, karena walaupun tumbuh di kolam yang berlumpur, teratai memiliki bunga yang putih bersih dan indah
  • Angsa melambangkan karakter ideal yang harus dimiliki penuntut ilmu (jnani), yakni memisahkan yang baik dan suci dari unsur-unsur lainnya
  • Burung merak di kaki Saraswati melambangkan keindahan ilmu pengetahuan, namun juga mengingatkan hendaknya ilmu tidak menjadikan kita congkak dan angkuh
  • Tasbih melambangkan bahwa pengetahuan hendaknya diarahkan ke jalan bakti kepada Tuhan
  • Kitab suci melambangkan sumber dari ilmu pengetahuan itu sendiri
  • Sitar sebagai alat musik menunjukkan bahwa pengetahuan hendaknya diimbangi dengan kesenian agar kedua sisi otak berkembang tanpa dominasi salah satunya
Semoga Hari Saraswati dapat kita manfaatkan sebagai momen untuk berefleksi dan bertanya kepada diri sendiri, apakah pengetahuan yang kita cari selama ini menuju kepada-Nya ataukah sekadar pemuasan ego belaka?

"Aum Aim Saraswatyai Namah"
(Sembah sujud ke hadapan-Mu, Bunda Saraswati)

Shanti Shanti Shanti

0 comments:

Post a Comment